oleh

Waspadai Penderita Corona, Tapi Happy Hypoxia Syndrome

HAPPY hypoxia merupakan gejala baru penderita Covid-19. Para penderita Covid-19 tidak merasakan gejala seperti pada umumnya.

Penderita kelihatannya gembira-gembira saja, tidak ada batuk, pilek, panas, tetapi saturasi oksigen yang ada di dalam darah ini lama-lama turun.

Saturasi oksigen yang normal di atas angka 94 persen. Namun yang mengalami happy hypoxia turun di bawah 90, turun, turun, turun 80, sampai kemudian 75. Kalau sudah begitu (orangnya) langsung ngos-ngosan dan tidak sadarkan diri.

Dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, membenarkan kondisi happy hypoxia syndrome bisa ditemukan pada pasien positif Covid-19.

“Kita ketahui bahwa Covid-19 ini, organ yang paling sering terkena kan paru. Meskipun saat ini juga banyak manifestasinya di luar paru, tapi organ yang paling sering terkena komplikasi adalah paru,” kata Agus, dikutip dari kompas.com.

Ia menjelaskan hypoxia syndrome merupakan kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh. Normalnya, kadar oksigen di dalam tubuh seseorang adalah di atas 94 persen.

Hypoxia syndrome, kata dia, diawali dengan peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu.

“Darah yang kurang oleh oksigen ini kan nantinya akan masuk ke jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh, akibatnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang lain ikut mengalami kekurangan oksigen, yang disebut sebagai hypoxia,” kata Agus.

Sementara itu, terkait happy hypoxia syndrome, Agus mengungkapkan kondisi tersebut terjadi ketika seseorang yang mengalami hypoxia syndrome tetapi terlihat seperti orang normal.

Agus mengaku menemukan kondisi happy hypoxia syndrome di beberapa pasien Covid-19 yang dirawatnya.

Namun, ia belum bisa mendetailkan, berapa persentase pasien Covid-19 yang terkena happy hypoxia syndrome. Sebab, belum ada penelitian terkait hal tersebut.

“Pengalaman saya sebagai dokter paru yang juga merawat pasien Covid-19, ternyata memang kasus-kasus pasien dengan happy hypoxia itu memang terjadi,” kata Agus.

Dia mengakui kondisi pasien happy hypoxia sydrome yang terlihat normal masih menjadi tanda tanya di dunia medis.

“Itu masih menjadi tanda tanya para ahli-ahli di dunia. Kenapa pasien oksigennya sudah rendah, kok cenderung tampak biasa-biasa saja,” kata Agus.

Akan tetapi, meski terlihat biasa saja, seorang pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia syndrome bisa terancam nyawanya jika tak segera ditangani.

Sebab, Agus mengatakan, tubuh manusia memiliki batas toleransi terkait jumlah oksigen.

“Jadi mungkin di awal-awal pasien itu akan kelihatan biasa-biasa saja, tapi kalau dia terjadi happy hipoksia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka dia akan tiba-tiba terjadi, istilahnya kematian mendadak,” kata Agus.

Oleh karena itu, dia menjelaskan tidak semua pasien Covid-19 tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri. 

Pasien harus memeriksakan diri, karena dikhawatirkan terkena happy hypoxia syndrome.

“Hal ini harus dipahami masyarakat, tidak semua yang tidak bergejala itu boleh isolasi mandiri. Karena ada kondisi ketika tidak ada gejala, ternyata paru-parunya ada pneumonia, saturasi oksigennya rendah, karena ada yang namanya happy hypoxia,” kata Agus.(kompas.com/h2c)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed